Pages

Banner 468 x 60px

 

Senin, 19 Oktober 2015

keperawatan komunitas MMD (Musyawarah Masyarakat Desa)

0 komentar




MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA
(MMD)




'


       A.      DESKRIPSI SINGKAT

Materi Pelatihan Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat ini disusun untuk membekali para kader dan tokoh masyarakat di Desa/Kelurahan Siaga. Metode yang digunakan adalah ceramah, simulasi, diskusi kelompok, praktek di kelas, pleno, dan permainan dengan prinsip belajar orang dewasa yang lebih mengedepankan pengalaman dengan tahapan, mulai peserta mengalami, mengungkapkan pikiran dan perasaan sampai mampu menganalisis sendiri keberhasilan dan kegagalan dari tugas kelompok yang diberikan oleh fasilitator yang pada akhirnya peserta mampu melakukan generalisasi pada situasi dan kondisi di lapangan. Prinsip pemberdayaan masyarakat yang meliputi bagaimana menumbuh-kembangkan kemampuan masyarakat, menumbuhkan dan atau 4 mengembangkan peran serta masyarakat, mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan, bekerja bersama di masyarakat, menggalang kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang ada di Desa/Kelurahan serta penyerahan pengambilan keputusan sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat serta mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat secara terbuka dan transparan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan yang didukung oleh semua komponen terkait di tingkat Kecamatan/Puskesmas, sesuai dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dalam pembentukan Desa/Kelurahan Siaga.


     B.      TUJUAN PEMBELAJARAN

1.       Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memfasilitasi penggerakan dan pemberdayaan masyasarakat dalam mengawali gerakan pembentukan dan pengembangan Desa/Kelurahan Siaga.

       2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan Identifikasi Masalah Kesehatan
b. Menjelaskan Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
c. Menjelaskan Survei Mawas Diri (SMD)
d. Menjelaskan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

C. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Identivikasi Masalah Kesehatan
2. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
3. Survei Mawas Diri
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

     D. PENGERTIAN DAN TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Pemberdayaan Masyarakat Adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian 6 masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat, kemudian merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah. Pembinaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat setempat.

2.       Pemberdayaan Keluarga Adalah salah satu upaya fasilitasi yang bersifat tidak memerintah guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan dari pihak lain. Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam keluarga, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan orang lain. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun keluarga adalah melalui pendekatan komunikasi-informasi-edukasi (KIE).

 4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

a. Tujuan Umum Meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

 b. Tujuan Khusus

 • Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan

 • Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan   derajat kesehatannya sendiri

 • Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat

 • Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di lapangan


E. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1


 1 .IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

 Langkah awal yang dilakukan dalam penggerakan pemberdayaan masyarakat untuk membentuk dan mengembangkan Desa/Kelurahan Siaga adalah identifikasi masalah kesehatan dengan menitik beratkan pada masalah penyakit, lingkungan dan perilaku. Identifikasi masalah kesehatan dapat dilakukan melalui pengumpulan data sekunder di Puskesmas dan kantor Desa/Kelurahan setempat atau melalui pengumpulan data dengan metode observasi partisipatif, diskusi kelompok terarah dan survei/kunjungan rumah dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan adalah sebagai berikut :

 • Penyakit/nama penyakit
 • Penyebab penyakit menurut Puskesmas
 • Penyebab penyakit menurut masyarakat
 • Perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan sakit
 • Perilaku masyarakat yang bisa mencegah timbulanya penyakit
 • Lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
 • Lingkungan yang bisa mencegah timbulnya penyakit
 • Cara mencegah agar orang tetap sehat dan tidak sakit
 • Cara mencegah agar penyakit tidak menular
 • Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari penyakit
 • Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya terhindar dari penyakit.
 • Dan lain-lain


   F. TUJUAN MMD

Masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya

a. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui pelaksanaan desa siaga dan poskesdes.
b. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan, melaksanakan desa siaga dan poskesdes.





POKOK BAHASAN 2



 2.PERTEMUAN TINGKAT DESA

Pertemuan tingkat Desa/Kelurahan merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan di tingkat Desa/Kelurahan.

1.       Tujuan PTD :

a.       Dikenalnya konsep desa siaga sebagai salah satu upaya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

b.       Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat .

c.        Dikenalnya masalah penyakit, lingkungan dan perilaku yang menyebabkan masalah kesehatan

d.      d. Diperolehnya kesepakatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pengembangkan Desa/Kelurahan menjadi Desa Siaga.

 2. Tempat pertemuan Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.

3. Peserta pertemuan a. Peserta tingkat kecamatan
• Camat

• TP-PKK kecamatan

• Kepala Puskesmas

 • Staf Puskesmas

• Diknas

 • Departemen Agama

 b. Peserta tingkat desa

      • Kepala Desa

 • TP-PKK Desa

• Sekdes

• BPD

• Tokoh Agama

 • Tokoh masyarakat/Guru.

 4. Waktu Waktu pertemuan hendaknya disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi desa yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat hadir serta cukup memberikan ksesempatan untuk tercapainya tujuan pertemuan tingkat desa.

 5. Pelaksanaan

a. Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta pertemuan tingkat desa.
                        b. Pertemuan dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan memperkenalkan para hadirin dan menjelaskan maksud dan tujuan serta acara pertemuan

   c. Kepala desa mempersilahkan camat/wakilnya untuk memberikan sambutan atau   arahan dalam pertemuan.

d. Kemudian kepala Puskesmas/Petugas Promosi kesehatan Puskesmas/ Tokoh masyarakat sebagai pembicara dan menjelaskan tentang masalah kesehatan hasil observasi masalah kesehatan dan perlunya Desa Siaga yang meliputi latar belakang, tujuan dan cara pelaksanaan serta pentingnya dukungan masyarakat dalam program tersebut.

 e. Selanjutnya diskusikan bersama tentang langkah kegiatan berikutnya, khususnya tentang survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa, waktu pelaksanaan survei dan kelompok yang akan melakukan survei, serta ditentukannya waktu untuk mengadakan musyawarah masyarakat desa







POKOK BAHASAN 3



3.SURVEI MAWAS DIRI


(SMD) Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masyaralah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa).

 1. Tujuan SMD :

a. Dilaksnakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.

b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang paling menonjol di masyarakat.

c. Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung upaya mengatasi masalah kesehatan.

d. Dperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.


2. Sasaran Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapat menggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku pada umumnya di desa/kelurahan.

3. Lokasi SMD dilaksanakan di desa/kelurahan terpilih

4. Pelaksana SMD dilaksanakan oleh kader dan tokoh masyarakat atau sekelompok warga      masyarakat yang telah ditunjuk pada pertemuan tingkat desa.

 5. Waktu Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan tingkat desa/kelurahan.

 6. Cara Pelaksanaan

      a. Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yang ditugaskan untuk  melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi :

• Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan dalam pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan.

• Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya

 • Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan cara wawancara   yang menggunakan daftar pertanyaan.

b. Pelaksana SMD Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk melaksanakan SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

 c. Pengolahan Data Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk mengolah data SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa, sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan untuk selanjutnya merumuskan perioritas masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang bersangkutan.





POKOK BAHASAN 4


 4 : MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.

                       1. Tujuan MMD :

a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.

  b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.

c. Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes sebagai koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

 d. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di wilayahnya.

 e. Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam mengembangkan Desa Siaga dan operasional Poskesdes.

2. Tempat pertemuan Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.

 3. Peserta pertemuan

       a. Peserta tingkat kecamatan

 • Camat

• TP-PKK kecamatan

 • Kepala Puskesmas

• Staf Puskesmas

• Diknas       

• Departemen Agama 14

 • Lintas sektor terkait

b. Peserta tingkat desa

• Kepala Desa

 • TP-PKK Desa

• Sekdes

• BPD

• Tokoh Agama

 • Tokoh masyarakat/Guru

 4. Waktu Waktu pertemuan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat hadir serta cukup memberikan ksesempatan untuk tercapainya tujuan musyawarah masyarakat desa.

 5. Pelaksanaan

a. Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta MMD.

b. MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan musyawarah.

c. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan menggunakan alat peraga, poster dan lain-lain dipimpin oleh petugas Puskesmas atau bidan di desa.

 d. Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat/kader/kelompok SMD.

      e. Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah (butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tehnis dari petugas Puskesmas/bidan di Desa.

f. Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan dengan pembentukan forum Desa Siaga dan penetapan Poskesdes sebagai koordinator UKBM.





G.POKOK PEMBAHASAN






POKOK BAHASAN 1





 1 .DENSTIVIKASI MASALAH KESEHATAN

                     I. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penyakit, lingkungan dan perilaku.

 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:

a. Menjelaskan cara identifikasi masalah penyakit b. Menjelaskan cara identifikasi lingkungan dan perilaku

c. Menjelaskan hubungan antara penyakit dan perilaku


    II. METODE PEMBELAJARAN

1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Diskusi kelompok


     III. WAKTU : 45 menit

IV. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Leptop/LCD
2. Lembar balik/kertas ukuran plano
3. Meta plan/karton ukuran ⅓ polio
4. Marker/Spidol 5. Pines/cellotape

V. PROSES PEMBELAJARAN

Langkah 1 : (waktunya ± 5 menit).
Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pokok bahasan

 Langkah 2 :(waktunya ± 5 menit).
Peserta yang terdiri dari 30 – 35 orang dibagi menjadi 5 kelompok, sehingga setiap kelompok pesertanya terdiri dari 6 – 7 orang dan minta kesepakatan kepada peserta untuk menentukan nama, ketua dan sekretaris tiap kelompok.

Langkah 3 :(waktunya ± 30 menit).

• Bagikan kertas meta plan, cellotape dan spidol kepada setiap peserta dalam kelompok

 • Minta kepada setiap orang dalam kelompok untuk menuliskan jenis penyakit menular akibat perilaku yang paling sering terjadi di masyarakat dan tempelkan di papan/dinding sesuai kelompok.

 • Setelah semua kelompok selesai, maka fasilitator meminta 1 (satu) orang dalam setiap kelompok untuk menjelaskan hubungan antara penyakit menular yang dituliskan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang mempengaruhi kejadian penyakit menular tersebut. Selanjutnya minta kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Lanjutkan kegiatan diskusi kelompok tersebut sampai semua kelompok dapat menyajikan hasil diskusinya, dan jangan lupa peserta sebaiknya menuliskan hasil diskusi kelompok yang sudah dilaksanakan.

 • Selanjutnya minta kepada setiap orang dalam kelompok untuk menuliskan perilaku yang dapat menyebabkan kejadian penyakit menular di masyarakat dan tempelkan di papan/dinding sesuai kelompok.

 • Setelah semua kelompok selesai, maka fasilitator meminta 1 (satu) orang dalam setiap kelompok untuk menjelaskan hubungan antara perilaku individu dan kelompok masyarakat yang dapat mengakibatkan kejadian penyakit menular tersebut. Selanjutnya minta kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Lanjutkan kegiatan diskusi kelompok tersebut sampai semua kelompok dapat menyajikan hasil diskusinya, dan jangan lupa peserta sebaiknya menuliskan hasil diskusi kelompok yang sudah dilaksanakan.

 Langkah 4 : (waktunya ± 5 menit). Fasilitator selanjutnya menyimpulkan hasil diskusi kelompok dan menuliskan jenis penyakit menular yang paling sering terjadi dan lingkungan dan perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan kejadian penyakit.







POKOK BAHASAN 2



                           2 .PERTEMUAN TINGKAT DESA (PTD).




I. TUJUAN PEMBELAJARAN



 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu mempersiapkan dan melaksanakan Pertemuan Tingkat Desa (PTD) .

 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:

 a. Menjelaskan persiapan dan langkah-langkah PTD
 b. Menjelaskan semua komponen yang terlibat dalam PTD c. Menjelaskan hasil kesepakatan PTD

II. METODE PEMBELAJARAN

1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Diskusi kelompok

 III. WAKTU : 45 menit



IV. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Leptop/LCD
2. Lembar balik/kertas ukuran plano
3. Meta plan/karton ukuran ⅓ polio
4. Marker/Spidol 5. Pines/cellotape

V. PROSES PEMBELAJARAN

Langkah 1 : (waktunya ± 5 menit).
Memperkenalkan diri kepada peserta dan menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Pertemuan Tingkat Desa (PTD)

Langkah 2 : (waktunya ± 5 menit).
        Peserta yang terdiri dari 30 – 35 orang dibagi menjadi 5 kelompok, sehingga setiap kelompok pesertanya terdiri dari 6 – 7 orang dan minta kesepakatan kepada peserta untuk menentukan nama tiap kelompok

              Langkah 3 : (waktunya ± 30 menit).

• Bagikan kertas meta plan, cellotape dan spidol kepada setiap peserta dalam kelompok

• Minta kepada setiap orang dalam kelompok untuk menuliskan langkah-langkah dan peserta pertemuan tingkat Desa/Kelurahan dan tempelkan di papan/dinding sesuai kelompok.

 • Setelah semua kelompok selesai, maka fasilitator meminta 1 (satu) orang dalam setiap kelompok untuk menjelaskan langkah-langkah dan peserta yang terlibat dalam PTD. Selanjutnya minta kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Lanjutkan kegiatan diskusi kelompok tersebut sampai semua kelompok dapat menyajikan hasil diskusinya, dan jangan lupa peserta sebaiknya menuliskan hasil diskusi kelompok yang sudah dilaksanakan.

• Selanjutnya fasilitator meminta kepada peserta agar semua kelompok bergabung untuk mempersiapkan stimulasi PTD. Tentukan 20 peserta yang berperan sebagai Camat, PKK Kecamatan, Kepala Puskesmas dan Staf, Kepala Desa, PKK Desa, Bidan, Kader, kelompok Dasa Wisma dll. Kemudian lakukan stimulasi PTD yang diikuti oleh semua komponen yang terlibat.

                            Langkah 4 : (waktunya ± 5 menit).
 Fasilitator selanjutnya menyimpulkan hasil diskusi kelompok dan menuliskan langkah-langkah, komponen yang terlibat dan proses dalam PTD.






POKOK BAHASAN 3




                2.SURVEI MAWAS DIRI (SMD)




    I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu mempersiapkan dan melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD).

 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:

a. Menjelaskan langkah-langkah dan pelaksanaan SMD b. Menjelaskan langkah-langkah rekapitulasi data SMD
c. Menjelaskan analisis masalah kesehatan hasil SMD

II. METODE PEMBELAJARAN

1. Stimulasi di kela
2. Ceramah tanya jawab
 3. Diskusi kelompok

III. WAKTU : 45 menit


IV. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Leptop/LCD
2. Lembar balik/kertas ukuran plano
3. Format SMD 22 V. PROSES PEMBELAJARAN

V.PROSES PEMBELAJARAN

 Langkah 1 : (waktunya ± 5 menit).
Memperkenalkan diri kepada peserta dan menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Survei Mawas Diri (SMD)

Langkah2 : (waktunya ± 5 menit).
 Peserta yang terdiri dari 30 – 35 orang dibagi menjadi 5 kelompok, sehingga setiap kelompok pesertanya terdiri dari 6 – 7 orang dan minta kesepakatan kepada peserta untuk menentukan nama tiap kelompok

Langkah 3 : (waktunya ± 30 menit)

. • Bagikan format SMD kepada setiap peserta dalam kelompok dan jelaskan cara pengisian dan wawancara dalam mengumpulkan data masalah kesehatan dan perilaku
 
• Minta 1 (satu) orang setiap kelompok yang berperan sebagai kader untuk 
melakukan survei pada anggota kelompok yang lain yang berperan sebagai kepala rumah tangga. Selanjutnya fasilitator meminta kepada kelompok untuk merekapitulasi hasil stimulasi SMD

 • Setelah semua kelompok selesai, maka fasilitator meminta 1 (satu) orang dalam setiap kelompok untuk menjelaskan/mempresentasikan hasil SMD. Selanjutnya minta kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Lanjutkan 23 kegiatan diskusi kelompok tersebut sampai semua kelompok dapat menyajikan hasil diskusinya.

 • Fasilitator menjelaskan cara untuk menentukan perioritas masalah hasil SMD.
Langkah 4 : (waktunya ± 5 menit).
 Fasilitator selanjutnya menyimpulkan hasil stimulasi dan diskusi kelompok dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan penentuan perioritas masalah dalam SMD.





POKOK BAHASAN 4



3.MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)



 I. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu mempersiapkan dan melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan   mampu:

a. Menjelaskan langkah-langkah dan pelaksanaan MMD
b. Menjelaskan bentuk forum Desa Siaga
c. Menjelaskan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) hasil MMD

II. METODE PEMBELAJARAN

1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
 3. Diskusi kelompok 24


 III. WAKTU : 45 menit


 IV. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Leptop/LCD
2. Lembar balik/kertas ukuran plano 3. Meta plan/karton ukuran ⅓ polio 4. Marker/Spidol 5. Pines/cellotape

 V. PROSES PEMBELAJARAN

Langkah 1 : (waktunya ± 5 menit).
Memperkenalkan diri kepada peserta dan menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Musyawarah Masayarakat Desa (MMD)

 Langkah 2 : (waktunya ± 5 menit).
Peserta yang terdiri dari 30 – 35 orang dibagi menjadi 5 kelompok, sehingga setiap kelompok pesertanya terdiri dari 6 – 7 orang dan minta kesepakatan kepada peserta untuk menentukan nama tiap kelompok

 Langkah 3 : (waktunya ± 75 menit).

• Bagikan kertas meta plan, cellotape dan spidol kepada setiap peserta dalam kelompok

 • Minta kepada setiap orang dalam kelompok untuk menuliskan langkah-langkah dan peserta MMD dan tempelkan di papan/dinding sesuai kelompok.
 • Setelah semua kelompok selesai, maka fasilitator meminta 1 (satu) orang dalam setiap kelompok untuk menjelaskan langkah-langkah 25 dan peserta yang terlibat dalam MMD.

. • Langkah selanjutnya minta kepada setiap orang dalam kelompok untuk menuliskan hasil MMD.

• Setelah semua kelompok selesai, maka fasilitator meminta 1 (satu) orang dalam setiap kelompok untuk menjelaskan langkah-langkah dan peserta yang terlibat dalam MMD. Selanjutnya minta kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Lanjutkan kegiatan diskusi kelompok tersebut sampai semua kelompok dapat menyajikan hasil diskusinya.

• Selanjutnya fasilitator meminta kepada peserta agar semua kelompok bergabung untuk mempersiapkan stimulasi MMD. Tentukan peserta yang berperan sebagai Camat, PKK Kecamatan, Kepala Puskesmas dan Staf, Kepala Desa, PKK Desa, Bidan, Kader, kelompok Dasa Wisma dll. Kemudian lakukan stimulasi MMD yang diikuti oleh semua komponen yang terlibat.

Langkah 4 : (waktunya ± 5 menit). Fasilitator selanjutnya menyimpulkan hasil stimulasi dan diskusi kelompok dalam rangka MMD

CONTOH MMD III KEPERAWATAN KOMUNITAS MAHASISWA AKPER YAPPI SRAGEN :










Read more...

Senin, 05 Oktober 2015

trauma abdomen

0 komentar






MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA ABDOMEN











                                                                DI SUSUN OLEH: 
HENDRAS JATMIKO (13019)







AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN
2015




I
KATA PENGANTAR

            Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat  menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Abdomen .
            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperwatan Gawat Darurat. Dalam menyusun makalah ini penulis menemui banyak kendala namun berkat bimbingan, pen garahan dan bantuan dari berbagai pihak maka kendala tersebut dapat teratasi,
             Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Sragen,15 September 2015


                                                                                                Penulis


II
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………. I
Kata Pengantar…………………………………………………………… II
Daftar Isi…………………………………………………………………. III
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B.Rumusan Masalah……………………………………………………… 1
C.Tujuan …………………………………………………………………. 2
D.Manfaat………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ISI
A.Definisi………………………………………………………………… 3
B.Anatomi Dan Fisiologi ………………………………………………... 3
C.Etiologi……………………………………………………………….... 4
D.Patifisiologi……………………………………………………………. 5
E.Pathway………………………………………………………………... 6
F.Penatalaksanaan Medis………………………………………………….7
G.Asuhan keperawatan……………………………………………………8
    1. Kasus……………………………………………………………….. 8
    2.Pengkajian ………………………………………………………….. 8
    3. Diagnosa ………………………………………………………....   11
    4. Perencanaan ………………………………………………………  12
    5. Evaluasi ………………………………………………………....... 13
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan………………………………………………………….  14
B.Saran ………………………………………………………………..  14
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami hanya membahas tentang konsep dasar penyakit trauma abdomen. yaitu pengertian trauma abdomen, penyebab ,pathway, klasifikasi, Anatomi fisiologi area abdomen, patofisiologi/ perjalanan penyakitnya, Manifestasi klinis, dan penalaksaan medis, beserta konsep dasar asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan dari trauma abdomen.




1
C.     TUJUAN

Mahasiswa mampu mempelajari asuhan kegawat daruratan dalam masalah   Tujuan trauma abdomen.

Khusus :
1.    Mahasiswa memahami pengertian trauma abdomen
2.    Mahasiswa dapat memahami konsep dasar masalah trauma abdomen
3.    Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan kegawatdaruratan
      D. MANFAAT
           a. Bagi Pembaca
         Makalah ini disusun agar bermanfaat bagi mahasiawa, agar menjadi acuhan pembelajaran bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada Keperawatan Gawat Darutat khususnya pada kasus Trauma Abdomen. 
           b. Bagi Penulis
         Diharapkan peneulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Trauma Abdomen.









2
                                                                           BAB II
PEMBAHASAN


A.    DEFINISI
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
      Trauma abdomen adalah pukulan /benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh-pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
                Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
            Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
             Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).

B.     ANATOMI FISIOLOGI

a.Anatomi

3
b.Fisiologi

             Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah.  Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.

C.     ETIOLOGI

Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
      Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut :
   1. Penyebab trauma penetrasi
· Luka akibat terkena tembakan
· Luka akibat tikaman benda tajam
· Luka akibat tusukan
   2. Penyebab trauma non-penetrasi
·  Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
·   Hancur (tertabrak mobil)
·   Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
·   Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah  raga.


4
D.    PATOFISIOLOGI

Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :
1. Trauma tumpul abdomen
·         Kehilangan darah.
·         Memar/jejas pada dinding perut.
·         Kerusakan organ-organ.
·         Nyeri
·         Iritasi cairan usus
2.Trauma tembus abdomen
·         Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
·         Respon stres simpatis
·         Perdarahan dan pembekuan darah
·         Kontaminasi bakteri
·         Kematian sel
             1 & 2 menyebabkan :
·         Kerusakan integritas kulit
·         Syok dan perdarahan
·         Kerusakan pertukaran gas
·         Risiko tinggi terhadap infeksi
·         Nyeri akut (FKUI, 1995).

Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :

·         Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
·         Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.









5
E.     PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)
Penetrasi & Non-Penetrasi
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
Menekan saraf peritonitis
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen  →   Nyeri
Motilitas usus
Disfungsi usus  →   Resiko infeksi
Refluks usus output cairan berlebih

                            Gangguan cairan        Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit           kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik
Gangguan mobilitas fisik

(Sumber : Mansjoer,2001)






6
F.      PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Medis :
1.  Abdominal paracentesis
 Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan
 Indikasi untuk laparatomi.
2.   Pemeriksaan laparoskopi
  Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
            3.   Pemasangan NGT
 Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4.  Pemberian antibiotik
 Mencegah infeksi.
5.  Laparotomi

Penatalaksanaan keperawatan:
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai   indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ;  gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta
         System saraf
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher
         didapatkan
     c) Gunting baju dari luka.
     d) Hitung jumlah luka.
     e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
7
G.    ASUHAN KEPERAWATAN

1.      CONTOH KASUS :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUANG BEDAH MINOR RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

2.      PENGKAJIAN
      a. Identitas Klien
Nama                                       :  Tn. T
Umur                                       :  65 tahun
Pendidikan                              :  SD
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Agama                                     :  Islam
Alamat                                    :  Tepurejo RT 3/2 Sumber Banjarsari Surakarta
Tangga&Jam Pengkajian         : 15 Oktober 2009

                    b. Identitas Penanggung Jawab
Nama                                       :  Tn. W
Umur                                       :  41 tahun
Alamat                                    :  Sumber Banjarsari Surakarta
Hubungan dengan klien          :  Anak

3. Riwayat Penyakit
    a)  Keluhan Utama
         Sakit pada perut sebelah kanan.
    b) Riwayat Penyakit Sekarang
± 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada di depannya. Klien terjatuh dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelah kejadian, klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya. Tapi setelah beberapa saat di rumah, klien merasa perut sebelah kanan ampeg sampai punggung dan terasa sesak nafas dan tampak gelisah . Oleh keluarga di antar ke IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.


8
      c) Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa.

4. Primary Survay
    a) Airway
        Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
    b) Breathing
         Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menit
         R : 26x/menit, pernafasan reguler
    c)  Circulasi
TD : 120/80 mmHg
N   :  88x/menit
Capillary reffil : < 2 detik
d)     Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran : Compos Mentis
     e) Exposure
        Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan

5. Secondary Survay
    a) AMPLE

1)     Alergi :
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan ataupun obat-obatan.

2)      Medicasi :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak mengkonsumsi obat apapun.

3)      Pastillnes :
Klien sebelumnya pernah di rawat di RS Dr. Moewardi Surakarta dengan penyakit paru-paru.

4)      Lastmeal :
Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum segelas teh.

5)      Environment
Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya.
9

c. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1)      Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung simetris tidak ada secret.

2)      Leher
Tidak ada kaku kuduk

3)      Paru
·          Inspeksi       : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
·         Palpasi         : fremitus vokal kanan dan kiri sama
·         Perkusi        : sonor
·         Auskultasi    : vesikuler

4)      Abdomen
·         Inspeksi        : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah
                       kanan
·         Auskultasi    : peristaltik usus 7x/menit
·         Palpasi         : terdapat nyeri , P :bila bergerak dan bernafas ,  
                       Q:seperti ter tusuk-tusuk, R:perut sebelah kanan,
                      skala 7,T: hilang timbul
·         Perkusi         : pekak

5)      Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.

d. Pemeriksaan Penunjang

a)     Hasil laboratorium tanggal 15 -10-2009
b)     Hemoglobin             : 14,5 g/dl           (n : 14-17,5 g/dl)
c)     Eritrosit                    : 5,05 106/ul        (n : 4,5-5,9 106/ul)
d)     Leukosit                   : 12,1 103/ul        (n : 4,0-11,3 103/ul)
e)     Hematokrit               : 43,8%               (n : 40-52%)
f)      Trombosit                 : 204
g)     Gol darah                 : O
h)     HBSAG                   : -



10
e.Analisa Data

No
Data (Sign & Symptom)
Etiologi
Problem
1.
DS :
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan perut sebelah kanan terasa ampeg

DO :
Klien gelisah
R : 26x/menit
Penurunan ekspansi paru
Pola nafas tidak efektif
2.
DS :
Klien mengatakan perut sebelah kanan sakit
P  : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S  : 7
T  : hilang timbul

DO :
Klien tampak mengerang-erang menahan sakit.
Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen sebelah kanan
Trauma abdomen
Nyeri akut
3.
DS  : -
DO :
Terdapat luka lecet pada perut kanan
Terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul
Luka non-penetrasi abdomen
Resiko Infeksi

3.DIAGNOSA KEPERAWATAN
   1)      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
   2)      Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
   3)      Resiko tinggi infeksi b/d kontaminasi bakteri dan feses.
11
4. PERENCANAAN
No
Tujuan/Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, pola nafas efektif
Dengan KH :
Klien mengatakan sesak nafas berkurang
Klien rileks
Pernafasan normal : 20-24 x/ menit
Kaji pola nafas
Kaji tanda vital
Posisikan klien semi fowler
Beri oksigen sesuai indikasi
Untuk menentukan intervensi yang tepat
Mengetahui perkembangan klien
Mengurangi sesak nafas
Mengurangi sesak nafas
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x10 menit, nyeri teratasi
Dengan KH :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Klien tenang tidak mengerang-erang kesakitan
Skala nyeri 1-3
Kaji intensitas nyeri
Jelaskan penyebab nyeri
Beri posisi nyaman
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Untuk menentukan intervensi yang tepat.
Untuk menenangkan klien dan keluarga.
Meningkatkan kenyamanan klien. Mengurangi ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri.
Analgetik berfungsi menghilangkan nyeri
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x20 menit, tidak terjadi infeksi
Dengan KH :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tidak ada perdarahan
Suhu tubuh normal : 36-37
Pasang kateter
Pasang NGT
Pasang trail pada tempat tidur klien
Ajurkan keluarga untuk menemani klien
Monitor hasil laboratorium terutama Hb
Kolaborasi pemberian antibiotic
Untuk mengurangi aktivitas klien.
Untuk mengetahui adanya perdarahan dalam.
Menurunkan resiko cidera.
Memenuhi kebutuhan klien.
Mengetahui perkembangan klien
Mencegah infeksi

12
5. EVALUASI

No
DX
Tgl & jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
1.
15 Sep 2015
Mengkaji pola nafas klien
Memposisikan klien semi fowler
Memberikan nasal kanul 2L/menit
S  :
klien mengatakan sesak nafas berkurang
klien mengatkan lebih nyaman
O  : R: 24x/menit
A  : masalah teratasi
P  : intervensi dihentikan

2.
15 Sep 2015
Mengkaji tingkat nyeri
Memberikan injeksi ketorolak 2ml
 Mengajarkan nafas dalam bila nyeri timbul
S :
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O :
klien masih gelisah
klien masih tampak merintih kesakitan
A :
masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi di bangsal

3.
15 Sep 2015
Memasang kateter
Memasang NGT
Mengambil sample darah
Memasang trail tempat tidur
Memonitor NGT
Memberikan injeksi cefotaxim 1g
S   : -
O :
urine jernih tidak ada perdarahan.
Volume urine 200cc
Keluaran NGT cairan bersih
Hb : 14,5 g/dl
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
 lanjutkan intervensi di bangsal


13
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ berongga pada abdomen dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.

B.     SARAN

Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami trauma abdomen yaitu perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan tepat, terutama pada kasus trauma abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat perlu dilakukan prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan, sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang diperlukan baik untuk perawat maupun pasien.

















14
DAFTAR PUSTAKA

http://efpan.blogspot.com/2012/06/makalah-asuhan-keperawatan-dengan-klien.html
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-trauma-abdomen.html
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
http://efpan.blogspot.com/2012/06/makalah-asuhan-keperawatan-dengan-klien.html
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/askep-trauma-abdomen.html
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012)
http://kumpulanaskep43.blogspot.com/2012/07/askep-trauma-abdomen.html
(diakses pada tanggal 05 Desember 2012








                                                                       



Read more...

Kesempatan Berkarir di Jepang ,Pemerintah Jepang membutuhkan kurang lebih 500 Tenaga Perawat Pertahun

Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Jepang terjalin dengan baik dibuktikan dengan adanya kerjasama program pemagangan pekerja imigra...